Tarian tradisional memiliki nilai seni yang tinggi. Setiap gerakan yang ada pada tarian tradisional memiliki makna filosofis tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak jenis tarian tradisional. Budaya setiap daerah yang berbeda tentu akan melahirkan kesenian yang berbeda pula. Hal inilah yang menyebabkan banyak tarian tradisional yang berkembang dan terus terjaga hingga saat ini. Salah satu tarian tradisional yang sudah dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia adalah Tarian Jaipong. Tarian ini berasal dari Jawa Barat terutama daerah Karawang. Keunikan Tarian Jaipong membuat tarian ini dikenal oleh masyarakat luas. Banyak penari tarian tradisional yang belajar berbagai macam gerakan yang ada pada Tarian Jaipong.
Perkembangan Tarian Jaipong
Pada dasarnya, Tarian Jaipong merupakan salah satu bentuk tarian tradisional yang menggabungkan beberapa kesenian tarian Tradisional yang lain seperti Pencak Silat, Wayang Golek, dan Ketuk Tilu. Tarian Jaipong dikembangkan oleh dua orang seniman asal Jawa Barat yaitu H. Suanda dan Gugum Gumbira. Hal ini terjadi pada tahun 1975. Kedua seniman tersebut membuat gerakan modern dari beberapa tarian yang sudah ada serta memadukannya dengan irama musik yang bersemangat. Tarian Jaipong juga dilakukan dengan iringan nyanyian dari sinden. Perkembangan Tarian Jaipong semakin terlihat pada tahun 1979. Pada masa itu, Tarian Jaipong dipentaskan dalam berbagai macam acara. Selain itu, properti yang digunakan pada Tarian Jaipong juga semakin lengkap.
Salah satu hal menarik dari Tarian Jaipong adalah gerakan tarian yang dilakukan oleh para penari. Ada berbagai macam gerakan tarian yang tentunya memiliki ciri tertentu. Salah satunya adalah Gerakan Bukaan. Sama seperti namanya, gerakan ini memang dilakukan pada awal tarian. Gerakan Bukaan menjadi tanda bahwa Tarian Jaipong akan segera dilakukan. Salah satu ciri dari gerakan ini adalah para penari yang harus berjalan memutar serta mengayunkan selendang secara lemah gemulai. Gerakan lain dari Tarian Jaipong adalah Pencungan dimana para penari akan bergerak secara cepat sesuai dengan tempo musik yang semakin cepat. Gerakan Ngala merupakan salah satu gerakan pada Tarian Jaipong yang mengharuskan penari untuk berpindah dari satu titik ke titik yang lain secara cepat. Sementara itu, gerakan terakhir dari Tarian Jaipong adalah Mincit yang dilakukan secara bervariasi.
Selain itu, Tarian Jaipong yang mengalami perkembangan juga memiliki variasi gerakan yang berbeda dari versi sebelumnya. Salah satu gerakan tersebut adalah Cingeus dimana para penari harus menggerakkan kepala dan tubuh dengan mudah dan luwes. Gerakan Cingeus menjadi simbol bahwa seseorang harus selalu fleksibel untuk menjalani jalan kehidupan yang berbeda. Selain itu, ada gerakan kaki yang dibagi menjadi tiga jenis yaitu gerak Depok, gerak minced, dan gerak sonteng. Variasi gerakan lain dari Tarian Jaipong adalah Meliuk dimana para penari akan meliukkan badannya sesuai dengan tempo iringan musik. Tarian Jaipong juga memiliki variasi gerakan lain yaitu Ngagaleong dimana para penari akan menggerakkan matanya untuk melihat objek tertentu secara tajam.
Menyebarkan Informasi Mengenai Tarian Tradisional
Keberadaan tarian tradisional harus dijaga oleh masyarakat karena tarian tradisional merupakan salah satu warisan budaya kesenian. Salah satu caranya adalah dengan menyebarkan informasi terkait tarian tradisional tersebut. Masyarakat bisa menggunakan jasa layanan publikasi artikel budaya seperti Lahana Media agar informasi mengenai tarian tradisional dapat disampaikan kepada masyarakat. Sehingga, tarian tradisional tersebut dapat terjaga dengan baik.